MAKALAH TAFSIR
AYAT-AYAT TENTANG RISALAH
Hana 'Ainul Mardiyah
AYAT-AYAT TENTANG RISALAH
Hana 'Ainul Mardiyah
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Risalah yang
berarti tugas kerasulan untuk menyampaikan ajaran Allah swt berupa wahyu kepada
manusia. Risalah ini tak cukup dalam kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah rasul.
Kitabullah dan sunnah Rasululloh merupakan sumber pokok ajaran islam yang
pelaksanaanya dicontohkan oleh rosululloh, dan agama merupakan fitrah bagi
manusia.
Dalam bahasa,
risalah itu dapat diartikan berita, atau pesan. Misalnya dalam konteks
kerosulan Nabi Muhammad, risalah Muhammad berarti ajaran Allah swt yang dibawa
nabi Muhammad saw.
Pada umumnya
Allah swt menurunkan wahyu kepada rosul melalui malaikat, dan hanya beberapa
wahyu yang diterima secara langsung. Wahyu merupakan norma (wadl’un’ila hiyun)
yang melandasi sistem berpikir dan pola perilaku manusia. Sistem dan norma ini
mengatur tata hubungan manusia dengan khalik, manusia dengan dirinya, manusia dengan
manusia, dan manusia dengan makhluk lain.[1]
2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
isi dari surat An-Nahl ayat 36 ?
2.
Bagimana
isi dari surat Al-Baqarah ayat 121, 136, 213, dan 214 ?
3.
Bagaimana
isi dari surat Al-Hadid ayat 27 ?
3.
Tujuan
1.
Agar
mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui isi dari surat An-Nahl ayat 36
2.
Agar
mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui isi dari surat Al-Baqarah ayat 121, 136,
213, dan 214
3.
Agar
mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui isi dari surat Al-Hadid ayat 27
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Surat An-Nahl
Ayat 36
وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ
دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ
وَلا آبَاؤُنَا وَلا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ
مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ
إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ
Dan berkatalah
orang-orang musyrik, “Jika Allah menghendaki niscaya kami tidak akan menyembah
sesuatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula
kami mengharamkan sesuatu tanpa (izin)-Nya”. Demikianlah yang diperbuat
orang-orang sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas tanpa Rasul selain
dari menyampaikan (amanat) Allah dengan terang. (35)
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ
وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ
عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thaghut itu,”maka
diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula
di antaranya orag-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah
kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kedudukan orang-orang yang
mendustakan Rasul-rasul. (36)
إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ
يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
Jika kamu
sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada
mempunyai penolong. (37)
·
Munasabah
Di Surat
An-Nahl ayat 36 terdapat munasabah (kolerasi) antara ayat sebelumnya yaitu ayat
35 dan sesudahnya di ayat 37.
·
Pokok
Kandungan
Tiap-tiap umat di utus seorang Nabi untuk menyembah Allah SW
·
Tafsir Menurut Ibnu Katsir
Allah berfirman
menceritakan bagaiman orang-orang musyrik itu membenarkan syiriknya dengan
alasan bahwa keadaan itulah yang dikehendaki Allah. Mereka berkata, “Andaikan
Allah menghendaki, niscaya kami tidak menyembah sesuatu selain Dia dan tidak
mengharamkan sesuatu tanpa izin dan perintah-Nya.” Allah menolak uzur dan
alasan yang mereka buat-buat itu. Mereka telah dilarang melakukan apa yang
mereka lakukan itu dan diperintah lewat Rasul-rasul-Nya agar mereka hanya
menyembah kepada Allah dan menjauhi thaghut serta penyembahan kepada tuhan
selain Dia.
Allah
berfirman, bahwa sejak timbulnya benih syirik dan benih kufur dalam kehidupan
umat manusia (Bani Adam), Allah mengutus kepada tiap umat dan tiap kaum
Rasul-rasul-Nya yang dimulai dengan Nabi Nuh a.s dan diakhiri dengan Nabi
Muhammad saw yang risalahnya menjangkau uamat manusia seluruhnya yang berada di
bawah kolong langit ini dan menjangkau juga jenis makhluk Allah yang disebut
Jin. [2]
·
Asbabul
Nuzul
Pada Surat
An-Nahl ayat 36 tidak terdapat Asbabul Nuzulnya atau sebab turunnya ayat.
·
Dari surat An-Nahl ayat 36 terdapat
tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1)
Perlawanan terhadap kezaliman dan
penguasa lalim, merupakan tugas utama para nabi.
2)
Agama dan politik bukan dua hal
yang terpisah karena penerimaan agama tidak dapat menyatu dengan penerimaan
kekuasaan zalim.
3)
Sunnah Allah tentang masyarakat dan
sejarah berlaku di setiap masa. Oleh karena itu dengan perenungan mendalam kita
dapat memilih jalan yang benar untuk masa depan kita.[3]
2.2.Surat Al-Baqarah
Ayat 121,
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ
مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ
هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ
أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ
مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ
“Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu mengikuti agama mereka.
Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauannya mereka setelah pengetahuan datang kepadamu,
maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (120)
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ
تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ
“Orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan
barangsiapa yang ingkar kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi”.
(121)
·
Munasabah
Pada surat
Al-Baqarah ayat 121 adanya kolerasi antara ayat sebelumnya yaitu ayat 120.
·
Pokok
Kandungan
1.
Tidak merubah dan menta'wilkan Al Kitab
sekehendak hatinya.
2.
Larangan mengikuti Yahudi dan Nasrani
3.
Orang-orang yang diberikan al-Kitab
·
Tafsir
Menurut Ibnu Katsir
“Golongan Yahudi dan Nasrani tidak akan puas
atau rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama dan kehendak mereka. Kerahkan
tenaga dan usahamu pada apa yang ditugaskan Allah kepadamu untuk mencapai ridho
Allah semata. Hanya itulah jalan satu-satuya untuk keselamatan dan kebahagiaan
dunia dan akhiratmu. Juga katakan kepada mereka, bahwa petunjuk yang sebenarnya
hanyalah wahyu dari Allah. Itulah agama yang benar dan jalan yang lurus, yang
sempurna dan meliputi semua kepentingan dunia akhirat”.
Kemudian pada
penutup ayat ada ancaman, jika sampai mengikuti jejak dan siasat Yahudi dan
Nasrani sesudah menerima tuntunan Allah dalam Al-Quran dan tuntunan Rasulullah
saw, maka tak ada seorang pun yang akan melindungi atau membela.
·
Menurut
Mufasir Ibnu Mas’ud r.a. mengatakan, bahwa arti ayat:
يَتْلُونَهُ
حَقَّ تِلاوَتِه ,ialah:
Mereka mengikuti ajaran dengan benar, menghalalkan yang dihalalkan, mengharamkan
yang diharamkan, membacanya dengan tepat menurut apa yang diturunkan dan tidak
menakwilkan suatu hukum yang menyimpang dari tujuannya.
·
Menurut
Mufasir Al-Hasan al-Bashri makna ayat itu ialah:
“Mereka
mengamalkan ayat yang muhkam dan percaya pada ayat mutasyabih, serta
menyerahkan apa yang sulit begi mereka kepada yang mengetahuinya.”[4]
·
Asbabul
Nuzul
Dari Surat Al-Baqarah ayat 121 tidak terdapat asbabun nuzul atau sebab turunnya ayat.
·
Dari ayat tadi terdapat dua poin
pelajaran yang dapat dipetik:
1.
Al-Quran selalu
menghadapi para penentang, dengan tetap menjaga keadilan dan kejujuran. Ayat
ini menyebutkan, meskipun mayoritas ahli kitab tidak bersedia menerima Islam,
tetapi mereka yang menerima Kitab Samawi adalah orang baik.
2.
Ayat ini dengan
jelas menerangkan bahwa membaca ayat-ayat al-Quran walaupun dengan suara merdu
dan lagu yang indah saja tidak cukup. Karena yang mendatangkan hidayah dan
kebahagiaan manusia adalah tadabbur dan perenungan ayat-ayat al-Quran. Yang
demikian itulah yang disebut oleh al-Quran sebagai pembacaan Kitab Suci dengan
cara yang benar.[5]
Surat
Al-Baqarah ayat 136
قُولُوا
آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ
وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا
أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ
مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ
مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Katakanlah (
hai orang-orang mukmin ): ‘kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan
anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorang
pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (136)
·
Munasabah
Di surat
Al-Baqarah ayat 136 tidak ada korelasi antara ayat sebelumnya dan sesudahnya.
·
Pokok
Kandungan
1.
Beriman
kepada Allah
2.
Agama
Nabi Ibrahim
·
Tafsir
Menurut Ibnu Katsir
Dalam ayat ini,
Allah menuntun hamba-Nya yang beriman, supaya beriman (percaya) kepada apa yang
diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw. Secara rinci dan mempercayai semua
yang diturunkan kepada rasul-rasul-Nya yang terdahulu secara global, baik yang
namanya disebutkan maupun tidak, sehingga tidak membedakan seorang pun diantara
mereka.
Demikian
pernyataan Allah, karena itu dalam ayat 136 ini hamba Allah yang beriman
dituntun supaya beriman dituntun supaya kepada semua rasul dan kitab mereka
meskipun secara global, tidak rinci.
Abu Hurairah
r.a. berkata, “Orang-orang ahli kitab biasa membaca kitab Taurat dalam bahasa
Ibrani, lalu mereka terjemahkan ke dalam bahasa Arab kepada orang-orang Islam.”
·
Maka
Nabi saw. Bersabda:
“Jangan kamu
percaya kepada ahli kitab dan jangan pula kamu dustakan, dan katakanlah: ‘Kami
percaya kepada Allah dan apa yang diturunkan oleh Allah”.”(HR.Bukhari)[6]
·
Asbabul
Nuzul
Dari Surat Al-Baqarah ayat 121
tidak terdapat asbabun nuzul
atau sebab turunnya ayat.
·
Pelajaran yang dapat dipetik:
Nabi ilahi sebagaimana guru sebuah sekolah yang masing-masing
mengajar sekelompok orang di zaman tertentu sesuai dengan kemampuan mereka
sampai ketika datang nabi terakhir yang diutus untuk umat manusia moderen, maka
Allah Swt menurunkan kitab yang paling lengkap dan sempurna untuk memberi
hidayah umat tersebut.[7]
Al-Baqarah Ayat 213
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ
مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ
بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ
إِلا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ
بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ
مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
“Manusia itu
adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para
nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia
tentang perkara yang mereka perselisikan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah
datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara
mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan
Allah selalu memberikan petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang
lurus.” ( 213)
·
Munasabah
Surat
Al-Baqarah ayat 213 tidak adanya kolerasi antara ayat sebelum dan sesudahnya.
·
Pokok
kandungan
1.
Allah
mengutus para Rasul
2.
Allah
menurunkan Kitab yang benar
·
Tafsir
Menurut Ibnu Katsir
Ibnu Jabir
meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a yang mengatakan, bahwa tenggang masa antara
Adam dengan Nuh kira-kira sepuluh generasi, semuanya mengikuti syariat yang
hak, kemudian berselisih, maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa berita
gembira dan peringatan. Demikianlah menurut bacaan Abdullah bin Mas’ud r.a Ayat
itu berarti: “Dulunya manusia merupakan satu umat, kemudian berselisih, maka
Allah mengutus para nabi, dan nabi pertama yang diutus ialah nabi Nuh as.
Perselisihan yang pertama ialah tentang sebab musabab, sehingga menimbulkan
penyembahan terhadab berhala maka Allah mengutus nabi Nuh as.”
Allah
menurunkan kitab yang hak kepada para Nabi, yang mutlak kebenarannya dan tidak
mengandung keraguan sedikitpun, untuk dijadikan landasan hukum dalam menghadapi
perselisihan diantara manusia. Dan mereka yang telah menerima penjelasan
al-Kitab tidak berselisih, kecuali karena iri hati dan mempertahankan
kepentingan masing-masing”.[8]
·
Asbabul
Nuzul
Dari Surat Al-Baqarah ayat 213
tidak terdapat asbabun nuzul
atau sebab turunnya ayat.
·
Dari
ayat 213 terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1.
Masyarakat
memerlukan undang-undang dan penguasa, dan sebaik-baik undang-undang adalah
kitab-kitab samawi, dan sebaik-baik penguasa adalah para nabi dan para pemimpin
agama.
2.
Cara
yang terbaik bagi menyelesaikan perselisihan antara manusia di dalam berbagai
persoalan keluarga dan sosial, adalah pasrah di hadapan undang-undang Allah. [9]
Al-Baqarah
Ayat 214
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا
الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ
مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ
وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ
مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ
قَرِيبٌ
“Apakah kamu
mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)
seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa
kemelaratan penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang
pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (214)
·
Munasabah
Surat
Al-Baqarah ayat 214 tidak adanya kolerasi antara ayat sebelum dan sesudahnya.
·
Pokok
Kandungan
1.
Berbagai
cobaan bagi para pengikutnya
2.
Menunggu
pertolongan Allah
·
Tafsir
Menurut Ibnu Katsir
Khabbab bin Art
r.a berkata” Ya Rasulullah saw., tidakkah Engkau memintakan pertolongan untuk
kami, tidakkah Engkau berdoa kepada Allah untuk kami ? “ maka Nabi saw
bersabdah yang artinya:
“Sesungguhnya
umat yang sebelummu ada seseorang diantara mereka yang disiksa, meletakkan
diatas kepalanya gergaji, lalu ia di belah dengan gergaji itu dari atas
kepadanya hingga telapak kakinya. Namun hal itu tidak mengubah kenyakinan
agamanya. Adapun yang antara daging dan tulangnya disisir dengan sisir besi,
tetapi hal itu tidak mengubah kenyakinan agamanya. Demi Allah, pasti Allah,
pasti Allah akan menyempurnakan agama ini sehinggga orang dapat berjalan dari
Shan’an (ibu kota yaman) ke Hadramaunt tanpa ada yang ditakuti, kecuali allah
dan serigala yang mengancam kambingnya. Tetapi kalian adalah umat yang
tergesa-gesa.”
Ayat ini sama
dengan ayat 2-3 surat Al-ankabut, yang artinya:
“ Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan
saja berkata, “ Kami telah beriman, “ sedangkan mereka tidak diuji lagi ? dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” [10]
·
Asbabul
Nuzul Surat Al-Baqarah Ayat 214
Dalam suatau
riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut diatas (Q.S.2 Al-Baqarah: 214)
bersangutan dengan peristiwa perang ahzab. Ketika itu Nabi Muhammad saw,
mendapat berbagai kesulitan yang sangat hebat dan kepungan musuh yang sangat
ketat. Ayat ini menunjukkkan bahwa perjuangan itu meminta pengorbanan. (Diriwayatkan
oleh ‘Abdurrazzaq dari Ma’mar yang bersumber dari Qatadah).[11]
·
Dari ayat 214 terdapat dua
pelajaran yang dapat dipetik:
1)
Berharap masuk surga tanpa menempuh
kepahitan adalah harapan yang salah.
2)
Ujian merupakan salah satu sunnah
Allah bagi semua manusia agar setiap manusia dapat menemukan dan menunjukkan
jati dirinya.[12]
2.3
Surat Al-Hadid ayat 27
Ayat
26
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا وَإِبْرَاهِيمَ وَجَعَلْنَا فِي
ذُرِّيَّتِهِمَا النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ فَمِنْهُمْ مُهْتَدٍ
وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“ Sesungguhnya
Kami tela mengutus Nabi Nuh dan Ibrahim, dan Kami jadikan dari keturunan
keduannya kenabian dan kitab, maka di antara mereka ada yang mendapat hidayat;
dan kebanyakan juga fasiq”. (26)
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيسَى
ابْنِ مَرْيَمَ وَآتَيْنَاهُ الإنْجِيلَ وَجَعَلْنَا
فِي
قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً وَرَهْبَانِيَّةً
ابْتَدَعُوهَا مَا كَتَبْنَاهَا عَلَيْهِمْ
إِلا
ابْتِغَاءَ رِضْوَانِ اللَّهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا فَآتَيْنَا
الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ
أَجْرَهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“ Kemudian Kami berikutkan di belakang mereka utusan-utusan Kami
dan Kami berikutkan pada mereka Isa bin Maryam dan Kami berikan kepadanya kitab
Injil, dan Kami jadikan ddalam hati para pengikutnya rasa belas kasih dan
sayang serta rabaniyah ( tidak kawin ) yang mereka buat-buat sendiri Kami tidak
mewajibkan mereka, mereka lakukan itu semata-mata karena ingin mencapai rida
Allah, tetapi mereka tidak menjaganya dengan baik. Maka kami memberikan pahala
kepada mereka (orang-orang) yang beriman sedang kebanyakan mereka fasiq (tidak
dapat menjaga diri terhadap larangan Allah dan pelanggaran agama). (27)
·
Munasabah
Dari surat
Al-Hadid ayat 27 terdapat kolerasi antara ayat sebelumnya yaitu ayat 26
·
Pokok
Kandungan
1.
Tidak
ada rahbaniyyah (kerahiban) dalam agama islam
2.
Keadaan
orang-orang munafik di hari kiamat; hakikat kehidupan dunia dan kehidupan
akhirat; tujuan penciptaan besi; tujuan diutusnya para rasul; kehidupan
kerahiban dalam agama Nasrani bukan berasal dari ajaran Nabi Isa a.s, melainkan
kepada orang-orang bakhil dan orang yang menyuruh orang-orang lain berbuat
bakhil.
·
Tafsir
Menurut Ibnu Katsir
Dalam ayat ini
Allah menyatakan bahwa Dia tidak mengutus seorang rasul sesudah Nabi Nuh dan Ibrahim
A.s, kecuali dari turunan keduanya sehingga nabi Isa dan Nabi Muhammmad Saw,
sebagai rasul yang terakhir, maka siapa
yang diberikan hidayat dialah yang mendapat hidayat dan taufiq, sebaliknya
siapa yang tidak diberikan hidayat maka ia hanya menurutkan keinginan syahwat
hawa nafsunya sehingga ia menjadi orang fasiq, zalim, kafir, musyrik. Maka
demikian itu adalah contoh daripada tersesat dari jalan Allah.
Kemudian Allah
mengatakan bahwa mereka, pengikut Isa, telah membuat hukum Rahbaniyah yang
mereka buat sendiri sehingga dalam agama disebut bid’ah, karena pada mulanya
memang tidak ada yaitu hukum tiap pendeta laki atau wanita dilarang kawin, pada
mulanya tujuan mereka untuk dapat melaksanakan ibadah secara penuh tidak
dipengaruhi oleh syahwat hawa nafsu, hanya semata-mata ingin mendapatkan rida
Allah.
Allah tidak
mengatakan yang demikian itu tidak baik, kecuali menyatakan sayang bahwa mereka
tidak kuat dan tidak dapat memeliharanya dengan baik yaitu menahan diri dari
perkawinan yang halal, tiba-tiba mereka terjerumus dalam gejala perzinaan yang
tidak dapat terelakkan, karena itulah Allah berfirman, “Famaa ra’auhaa haqqa
ri’aayatiha”: Maka mereka tidak dapat menjaganya, mempertahankanya dengan
seaik-baiknya.”
Nyatalah bahwa
seorang dalam beragama cukup mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan
dicontohkan oleh Rasulullah tanpa menambah ataupun menguranginya, sebab tidak
ada sesuatu yang lebih baik daripada yang telah ditetapkan oleh Allah dan
dicontohkan oleh Rasulullah Saw, bagi umatnya. Kemudian Allah menyatakan, “Maka
Kami memberi pahala kepada mereka yang beriman, tetapi kebanyakan mereka fasiq
melanggar agama.”
·
Asbabul
Nuzul
Dari Surat Al-Baqarah ayat 213
tidak terdapat asbabun nuzul
atau sebab turunnya ayat.
·
Pelajaran
yang dapat dipetik adalah:
1.
Kita
sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah harus mengikuti ajarannya dan
menjauhi semua larangannya.
2.
Adanya
hukuman bagi orang-orang yang mendustakan / yang tidak patuh akan perintahnya.
BAB III
PENUTUP
4 KESIMPULAN
Dari penjelasan surat An-Nahl ayat 36 bahwasannya menceritakan
bagaiman orang-orang musyrik itu membenarkan syiriknya dengan alasan bahwa
keadaan itulah yang dikehendaki Allah. Pelajaran yang dapat dipetik adalah
bahwasannya tugas seorang nabi adalah memberantas perlawanan atas kezaliman
para penguasa lalim.
Surat
Al-baqarah ayat 121 menjelaskan tentang Golongan Yahudi dan Nasrani tidak akan
puas atau rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama dan kehendak mereka.
Kemudian pada penutup ayat ada ancaman, jika sampai mengikuti jejak dan siasat
Yahudi dan Nasrani sesudah menerima tuntunan Allah dalam Al-Quran dan tuntunan
Rasulullah saw, maka tak ada seorang pun yang akan melindungi atau membela.
Pelajaran yang dapat dipetik adalah Al-Quran
selalu menghadapi para penentang, dengan tetap menjaga keadilan dan kejujuran.
Ayat ini menyebutkan, meskipun mayoritas ahli kitab tidak bersedia menerima
Islam, tetapi mereka yang menerima Kitab Samawi adalah orang baik.
Surat Al-Baqarah ayat 136 menjelaskan tentang Allah menuntun hamba-Nya yang beriman, supaya beriman (percaya)
kepada apa yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw.
Surat Al-Baqarah ayat 213 menjelaskan tentang Allah
menurunkan kitab yang hak kepada para Nabi, yang mutlak kebenarannya dan tidak
mengandung keraguan sedikitpun, untuk dijadikan landasan hukum dalam menghadapi
perselisihan diantara manusia.
Surat
Al-Baqarah ayat 214 menjelaskan tentang cobaan agar manusia meminta pertolongan
kepada-Nya dan berharap masuk surga padahal Allah belum memberikan sebuah
cobaan yang pahit.
Surat Al-Hadid
ayat 27 menjelaskan Allah tidak mengutus seorang rasul sesudah Nabi Nuh dan
Ibrahim A.s, kecuali dari turunan keduanya sehingga nabi Isa dan Nabi Muhammmad
Saw, sebagai rasul yang terakhir, maka
siapa yang diberikan hidayat dialah yang mendapat hidayat dan taufiq, sebaliknya
siapa yang tidak diberikan hidayat maka ia hanya menurutkan keinginan syahwat
hawa nafsunya sehingga ia menjadi orang fasiq, zalim, kafir, musyrik
Nyatalah bahwa
seorang dalam beragama cukup mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan
dicontohkan oleh Rasulullah tanpa menambah ataupun menguranginya.
5. SARAN
Melalui
kesempatan ini, beberapa saran yang ingin penulis sampaikan yaitu :
1.
Janganlah
mengikuti ajaran Agama Yahudi dan Nasrani sebagai contoh: mereyakan valentin
dan mengikuti budaya mereka yaitu pada saat tahun baru . Sesungguhnya mereka
mempunyai sebuah visi dan misi untuk menghancurkan umat Islam.
2.
Jadilah
umat islam yang baik dan patuh sebagai mana telah dikatakan oleh seorang Nabi
yang di utus oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Bahreisy Salim dan Said. 2002. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1. Surabaya:
PT Bina Ilmu
Bahreisy Salim dan Said. 1988. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4. Surabaya:
PT Bina Ilmu
Bahreisy Salim dan Said. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8. Surabaya:
PT Bina Ilmu
Saleh dan Dahlan, dkk. 2000. Asbabun Nuzul. Bandung:
Diponegoro
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/83183-Tafsir_Al-Quran,_Surat_An-Nahl_Ayat_35-37.dilihat 20:15, tanggal 05/04/2016
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/38734-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Baqarah_Ayat_118-123.dilihat 20:30, tanggal 05/04/2016
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/38957-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Baqarah_Ayat_134-138.dlihat 21:00,tanggal 05/04/2016
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/41192-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Baqarah_Ayat_210-213.dilihat 21:10,tanggal 05/04/2016
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/41432-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Baqarah_Ayat_214-218.dilihat 22:00, tanggal 05/04/2016
[1]
http://more-makalah.blogspot.co.id/2011/05/makalah-risalah-dan-keharusan-memeluk.html
[2] Salim Bahreisy
dan Said bahreisy. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4.
(Surabaya: PT Bina Ilmu, 1988).
Hlm 599-560.
[3]
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/83183-Tafsir_Al-Quran,_Surat_An-Nahl_Ayat_35-37
[4] Salim Bahreisy
dan Said bahreisy. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 . (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2002).
Hlm 225-226.
[5]
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/38734-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Baqarah_Ayat_118-123
[6] Ibid. Hlm
266-268.
[7]
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/38957-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Baqarah_Ayat_134-138
[8] Ibid. Hlm 404.
[9]
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/41192-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Baqarah_Ayat_210-213
[10] Ibid. Hlm
407-408.
[11] Shaleh dan
Dahlan. Asbabun Nuzul. (Bandung: Penerbit Diponegoro). Hlm 68.
[12]
http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/41432-Tafsir_Al-Quran,_Surat_Al-Baqarah_Ayat_214-218